1. Kurikulum yang Berpusat pada Mata Pelajaran (Subject Centered)
Organisasi
kurikulum yang berpusatpada mata pelajaran berisi materi pembelajaran
yang diambil dari mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi isi.
Organisasi kunikulum meliputi:
a. kurikulum yang berisi mata pelajaran-mata pelajaran yang terpisah-pisah (Separated Subject Curriculum).
b. kurikulum yang berisi mata pelajaran-mata pelajaran yang dihubung¬hubungkan (Correlated Curriculum).
c. kurikulum yang terdiri dari peleburan (fusi) mata pelajaran-mata pelajaran sejenis (Broad Field).
Bentuk
separated subject terdiri dari mata pelajaran-mata pelajaran yang
terpisah sate dengan yang lain. Bentuk ini termasuk paling tua dalam
sejarah kurikulum. Sejak jaman dahulu orangYunani maupun orang Romawi
sudah menggunakan bentukkunikulum semacam ini. Orang Yunani mengajarkan
di sekolah mata pelajaran-mata pelajaran seperti kesusasteraan,
matematika, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Sedangkan orang Romawi
mengajarkan gramatika, retorika dan logika yang dinamakan sebagai
trivium, serta aritmatika, geometri, astronomi dan musik yang dinamakan
dengan quadrivium. Ketujuh mata pelajaran dalam tivium dan quadrivium
itu kemudian dikenal dengan The Seven Liberal Arts.
Mata
pelajaran-mata pelajaran ini disusun sedemikian rupa secara logis dan
sistematis, sehingga siswa dapat mempelajarinya dengan baik. Akibat dari
penggunaan bentuk kurikulum semacam ini adalah jika muncul suatu cabang
bare dalam ilmu pengetahuan, maka mata pelajaran-mata pelajaran menjadi
berubah.
Essensi dari organisasi kurikulum semacam ini adalah bahwa
ia mengikuti disiplin yang balk dari logis. Dengan demikian baik materi
pembelajaran maupun pengalaman belajar yang diperoleh bersifat
terpisah-pisah. Adapun isi dari setiap mata pelajaran ditentukan oleh
ahli-ahli mata pelajaran masing-masing. Guru dalam hal ini berfungsi
untuk mencari cara bagaimana agar siswa dapat menguasai mata pelajaram
dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang paling
tepat untuk digunakan adalah metode exposisi -penyampaian materi
pembelajaran. Untuk itu sumber utama yang patut dan paling penting dalam
belajar adalah buku teks siswa.
Mata pelajaran-mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah digolongkan ke dalam mata pelajaran yang diutamakan
dan tidak diutamakan. Hal ini dibuat berdasarkan pada nilai suatu mata
pelajaran yang berfungsi untuk mendisiplin mental. Dengan demikian mata
pelajaran-mata pelajaran yang termasuk kategori sulit, seperti
Matematika sangat diutamakan dibandingkan dengan yang lain. Meskipun
bagi individu tertentu n-iata pelajaran ini mempunyai arti atau nilai
tersendiri.
Keunggulan dari bentuk organisasi separated subject yang
paling menonjol adalah karena materi pembelajaran disusun secara logis
dari sistematis. Sehingga metode untuk mernpelajarinya dapat efektif,
demikian juga metode untuk mengorganisasi pengetahuan. Dengan demikian
siswa dapat menghimpun sebanyak mungkin ilmu pengetahuan secara efektif
dan ekonomis. Pada saat dibutuhkan ia dapat menggunakan pengetahuan itu.
Di
samping itu, dengan mempelajari mata pelajaran seseorang dapat
mengikuti suatu disiplin ilmu pengetahuan tertentu, juga terlatih untuk
menggunakan sistem berfikir tertentu. Dengan demikian kekuatan
intelektualnya berkembang.
Manfaat praktis lain adalah karena bentuk
kurikulum ini sudah lama digunakan, maka pada umumnya banyakpeiguruan
tinggi menetapkan syarat masuk berdasarkan kemampuan dalam mata
pelajaran. Juga pada umumnya guru sudah terbiasa dan terdidik dalam mata
pelajaran-mata pelajaran terpisah-pisah. Dengan demikian separated
subject dipandang lebih mudah dilaksanakan.
Di samping mempunyai
berbagai keunggulan, terdapat pula berbagai kelemahan. Kelemahan yang
paling menonjol adalah, oleh karena kurikulum terdiri dari mata
pelajaran terpisah-pisah, tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir
aktif dan terpadu. Materi/isi kurikulum merupakan warisan kebudayaan
masa lampau, bukan masalah¬masalah yang dihadapi pada situasi sekarang.
Ini menyebabkan tidak diperhatikannya prinsip psikologis yaitu minatdan
motivasi. Sehinggamateri pembelajaran yang dipelajari sering kali mudah
dilupakan, juga tidak sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan dibutuhkan
siswa.
Baik kurikulum yang dikorelasikan maupun broad field
sebenarnya mempunyai prinsip yang sama dengan separated subject. Karena
ketiganya masih mempunyai mata pelajaran-mata pelajaran. Sehingga
organisasi materi pembelajaran terpusat pada mata pelajaran-mata
pelajaran. Perbedaan terletak pada ruang lingkup dan cara mengorganisasi
materi pembelajaran itudalam matapelajaran. Pada separated subject
materi pembelajaran dikelompokan pada mata pelajaran yang sempit,
sehingga banyaklah jenis mata pelajaran, dan menjadi sempit ruang
lingkup setiap mata pelajaran. Sedangkan pada correlated dan broadfzeld
mata pelajaran-mata pelajaran dihubungkan antara satu dengan yang lain,
sehingga ruang lingkupnya menjadi lebih luas. Bahkan pada broad field,
oleh karena mata pelajaran-mata pelajaran sejenis dilebur menjadi satu
mata pelajaran, akan lebih memperkecil jumlah mata pelajaran dan lebih
memperhuas lagi ruang lingkup tiap mata pelajaran.
Correlated
curriculum merupakan bentuk organisasi yang menghubungkan antara satu
mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Hubungan itu dapat dilakukan,
baik secara sewaktu-waktu atau pun secara diupayakan. Pada cara yang
pertama, hubungan antara mata pelajaran-mata pelajaran terjadi secara
kebetulan. Jika suatu materi pembelajaran kebetulan mempunyai pertalian
dengan pelajaran lain. Sebagai contoh dalam pelajaran sejarah, kalau
kebetulan materi pembelajaran yang diajarkan mempunyai hubungan dengan
geografi, dilakukan korelasi. Demikian pula sebaliknya. Cara kedua,
hubungan di lakukan dengan cara membahas satu pokok permasalahan dengan
dipelajari dalam berbagai mata pelajaran.
Broadfield merupakan bentuk
organisasi kurikulum yang dibuat dengan melebur mata pelajaran-mata
pelajaran sejenis ke dalam satu mata pelajaran. Batas-batas antara mata
pelajaran yang dilebur itu menjadi kabur. Bahkan jenis matapelajaran
peleburan mempunyai namayang lain dari nama mata pelajaran asalnya. Kita
mengenal lima macam broad field dalam kurikulum, yaitu:
1) Ilmu
Pengetahuan Sosial (Social Studies), peleburan dari mata pelajaran-mata
pelajaran ilmu bumi, sejarah, hukum dan kewarganegaraan, ekonomi, dan
sejenis.
2) Bahasa (Language Arts), peleburan dari mata
pelajaran-mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,
menyimak, pengetahuan bahasa.
3) Ilmu Pengetahuan Alam (Natural Sciences), peleburan dari ilmu alam, ilmu hayat/ ilmu bumi, ilmu kimia, ilmu kesehatan.
4) Matematika, peleburan dad berhitung, aljabar, ilmu ukur sudut, bidang dan ruang, serta statistika.
5) Kesenian, peleburan dari seni tari, seni suara, seni lukis, seni pahat, dan seni drama.
Kedua bentuk organisasi kurikulum ini mempunyai berbagai keuntungan, yaitu:
a)
korelasi memajukan integrasi pengetahuan pada siswa. Mereka mendapat
informasi mengenai suatu pokok tertentu tidak secara terpisah-pisah
dalam berbagai mata pelajaran dalam waktu yang berbeda-beda, akan tetapi
dalam satu mata pelajaran di mana pokok itu disoroti dad berbagai
disiplin mata pelajaran tertentu. Dengan demikian pengetahuan mereka
tidak lepas-lepas, melainkan berpautan dan berpadu.
b) minat siswa bertambah apabila ia melihat hubungan antara mata pelajaran-mata pelajaran.
c) pengetahuan siswa tentang sesuatu hal lebih mendalam, jika didapat penjelasan dad berbagai mata pelajaran.
d)
korelasi memberikan pengertian lebih luas karena diperoleh pandangan
dari berbagai sudut dan tidak hanya dari satu mata pelajaran.
e) korelasi memungkinkan siswa menggunakan pengetahuannya lebih fungsional.
Mereka mendapat kesempatan menggunakan pengetahuan dari berbagai mata pelajaran guna memecahkan masalah.
f) korelasi antara mata pelajaran lebih mengutamakan pengertian dan prinsip-prinsip daripada pengetahuan dan fakta-fakta.
Di
samping berbagai keunggulan, terdapat pula berbagai kelemahan dari
organisasi semacam mi. Kelemahan itu terutama sekali oleh karena tidak
memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam mengenai berbagai
mata pelajaran, akibat luasnya ruang lingkup dari mata pelajaran itu.
Juga dalam pelaksanaan banyak guru yang masih mempunyai orientasi pada
mata pelajaran atau disiplin ilmu. Mengingat latar belakang pendidikan
mereka pada umumnya masih terkotak-kotak pada disiplin, sehingga merasa
kesulitan menggunakan pendekatan interdisipliner.
Kelemahan lain
adalah, oleh karena masih ada mata pelajaran meskipun dibenikan dalam
bentuk korelasi atau fusi, hal ini cenderung menyebabkan kurangnya
minat. Karena mata pelajaran-matapelajaran itu tidak disesuaikan dengan
kebutuhan dan masalah kehidupan yang dihadapi sehari-hari.
2. Kurikulum yang Berlandaskan pada Proses Sosial dan Fungsi Kehidupan.
Kurikulum
yang berlandaskan pada proses sosial dan fungsi kehidupan berisi
materi-materi pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan siswa
sehari-hari. Kurikulum semacam ini dikenal juga dengan life curriculum.
Tujuannya adalah memberikan pengalaman belajar yang berarti bagi siswa
sesuai dengan apa yang dibutuhkan sehari-hari dalam kehidupan. Jadi
lebih menekankan pada proses sosial, fungsi sosial, serta
masalah-masalah kehidupan.
Ide life curriculum pada dasarnya
bersumber dari pandangan Herbert Spencer (1860) tentang lima kategori
bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dijadikan tujuan pendidikan, yaitu:
a. Self preservation (pemeliharaan-keselamatan diri)
b. securing necessities of life (mengamankan kepentingan kehidupan)
c. rearing and discriplining of offspring (memelihara keturunan)
d. maintenance of proper social and political relations (memelihara hubungan sosial dan politik)
e.
miscelaneous activities which wake up the leasure part of life, devoted
to the gratification of the tastes and feeling (pemanfaatan waktu
senggang untuk kesenangan)
Atas dasar ide itu, kurikulum sepatutnya
tidak dimaksudkan untuk semata-mata membentuk intelek seperti dalam
subject curriculum. Tapi diarahkan agar siswa dapat mempelajari sesuatu
yang berhubungan dengan fungsi kehidupan.
Menurut Marshal dan Goets, diantara manfaat dari life curriculum adalah:
1)
life curriculum mengambil materi pembelajaran sekitar masalah dan
proses sosial atau segi-segi kehidupan. Dengan membuat klasifikasi
terhadap proses sosial atau segi kehidupan itu, organisasi materi
pembelajaran dapat lebih berarti. Karena menyiapkan unit-unit pengamalan
yang lebih luas.
2) memungkinkan digunakan latar belakang
pengalarnan siswa yang dapat menunjang belajar. Karena materi
pembelajarannya diorganisasi sekitar kehidupan siswa. Jadi pendekatan
yang digunakan adalah semacam laboratorium kehidupan sosial.
3) data
tentang kehidupan sosial setiap saat, dari berbagai tempat dan
kebudayaan, analisis kehidupan sosial dengan menggunakan berbagai
disiplin serta berbagai tujuan dan metode studi sosial memungkinkan
dapat digunakan dan diterapkan.
4) oleh karena siswa dapat
mempelajari berbagai kehidupan sosial dari berbagai waktu, tempat dan
budaya, memungkinkan dapat diperoleh pengalaman yang luas.
5) dengan bentuk kurikulurn ini dapat dimungkinkan diciptakannya proses sosial sebagaimana diinginkan (social engineering).
Contoh
bentuk life curriculum yang diorganisasi sekitar proses kehidupan
sebagaimana dirancang oleh Virginia State Board of Education 1934.
Program kurikulum yang dirancang adalah:
a) protecting l fe and health
b) getting a living
c) making a home
d) expressing religious impulses
e) satisfying the desire for beauty
f) securing education
g) cooperating in social and civic action h) engaging ini reaction
h) improving material condition. (Taba, 1962:198)
Banyak
bentuk rancangan kurikulum yang bersumber dari kehidupan yang sudah
dibuat. Stratemeyer, Forkner dan Mc. Kim merumuskan ruang lingkup dan
urutan materi secara lebih terpeninci lagi. Rumusan yang dibuat
mengkombinasikan konsep-konsep kegiatan umum, kebutuhan dan situasi
kehidupan dengan kesadaran siswa sebagai faktor dalam desain kurik~ulum.
Urutan kegiatan didasarkan pada lingkungan geografis, mulai dari
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan dunia. Juga dibuat urutan
berdasarkan jenjang pengertian, dari pengertian tentang pengalaman yang
segera sampai kepada pengertian luas. Dengan demikian semua topik dan
sub topik disusun mengacu kepada dasar tersebut.
Kesulitan yang dihadapi dalam mengembangkan kurikulum ini terutama pada hal¬hal sebagai berikut:
1)
dalam pelaksanaan, menemukan hubungan antara materi kurikulum dengan
fungsi kehidupan yang dikehendaki hanya sedikit dapat tercapai.
2)
menyusun kurikulum dengan skema didasarican dari kehidupan lebih sulit
dibandingkan dengan mengorganisasi materi pembelajaran berpusat pada
mata pelajaran.
3) sering kali terjadi kegagalan dalam
mengintegrasikan pengalaman-pengalaman belajar sesuai dengan tujuan
utama dari bentuk life curriculum.
3. Kurikulum yang Berpusat pada Kegiatan atau Pengalaman
Kurikulum
berpusat pada kegiatan (activity curriculum) dikenal juga dengan
experience curriculum (kurikulum berpusat pada pengalaman). Jenis
kurikulum ini berupaya mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat pada
subject curriculum. Pada subject curriculum kegiatan siswa lebih banyak
menerima pelajaran (passive). Oleh karena itu dianj urkan untuk
mengikuti prinsip belajar yang menekankan pada aktivitas siswa.
Disamping itu, pada subject curriculum isi atau materi pembelajaran
merupakan has] l pengalaman di masa lampau. Tidak memperhatikan
pengalaman yang nyata dihadapi siswa. Oleh karena itu untuk mengurangi
kelemahan ini dianjurkan agar kurikulum disusun berdasarkan pengalaman
siswa atau experience curriculum
Rasional penggunaan bentuk kurikulum ini adalah:
a.
belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Hanya belajar yang
berhubungan dengan kegiatan dan pengalaman dapat menyebabkan terjadinya
perubahan tingkah laku. Siswa dapat belajar dengan balk jika dia
dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat menemukan kebutuhan
real atau minatnya.
b. belajar merupakan transaksi aktif. Untuk
belajar berfikir logis, seseorang tidak hanya menggunakan argumentasi
logis, atau menguasai suatu mated pembelaJaran yang disusun secara
logis. Melainkan perlu melakukan kegiatan yang bersifat aktif.
c.
belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga
dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.
d. belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga mencapai pemecahan atau tujuan.
e. hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkannya motivasi
dan upaya, sehingga siswa berpengalaman dengan kegiatan yang bertujuan
Salah
satu ciri essensial dari activity curriculum adalah siswa didorong
untuk berani menggunakan metode pemecahan masalah, dan menyusun sendiri
tugas-tugasnya. Keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh sesuai
dengan kebutuhan. Semua mata pelajaran digunakan sesuai dengan keperluan
pada penyelesaian tugas. Oleh karena itu secara teoritis kurikulum ini
berpusat pada minat siswa; menerobos batas mata pelajaran¬mata
pelajaran, menyediakan dinamika belajar dan mempertemukan tujuan belajar
dengan penerapannya dalam kenyataan kehidupan.
Pelaksanaan kurikulum
dilakukan dengan menggunakan metode proyek. Dalam hal ini siswa diberi
kesempatan untuk merencanakan dan melakukan atau melaksanakan proyek
kegiatan, sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Seperti proyek
pertukangan kayu, pekerjaan tangan, memahat dan sebagainya. Killpatrick
(1918) membagi proyek¬proyek yang dapat dilaksanakan sebagai berikut:
1) proyek permainan seperti menari atau drama.
2) proyek ekskursi seperti karya wisata ke tempat-tempat bersejarah, kebun biologi, atau sejenisnya.
3) proyek cerita seperti membaca cerita, mendengarkan cerita.
4) proyek pekerjaan tangan seperti membuat prakarya.
Menurut
Hilda Taba, kurikulum semacam ini cocok terutama untuk dilaksanakan di
tingkat Sekolah Dasar. Bahkan berdasarkan kenyataan, ternyata bentuk ini
tidak pernah mendapat popularitas.
Dalam perkembangan kurikulum
ini selanjutnyapengalaman langsung dan minat spontan lebih-lebih
digunakan sebagai bantuan dalam proses belajar. Bukan sebagai pokok
untuk menyusun unit. Minat siswa lebih banyak ditentukan berdasarkan
studi, pengalaman atau penelitian.
4. Kurikulum Inti atau Core Curriculum
Bentuk
kurikulum ini bertujuan mengembangkan integrasi, melayani kebutuhan
siswa dan meningkatkan keaktifan belajar serta hubungan antara kehidupan
dan belajar. Istilah "core" atau intl itu sendiri digunakan dalam
konteks yang berbeda-beda. Harold Alberty (1953) dalam Designing
Programmes to Meet Common need of Youth, menggambarkna enam macam desain
program sebagai core, yaitu:
a. core yang terdiri dari sejumlah
mata pelajaran yang masing-masing dapat diajarkan secara bebas.
Diajarkan tanpa sistematika tertentu untuk mempertunjukkan hubungan
antara masing-maaing pelajaran itu.
b. core yang terdiri dari sejumlah pelajaran yang dihubungkan antara satu dengan yang lain.
c.
core yang terdiri dari masalah luas, unit kerja, atau tema-tema yang
disatukan yang dipilih oleh karena menghasilkan arti mengajar secara
efektif rentang isi pelajaran tertentu. Pelajaran itu masih mempunyai
ciri, tetapi isinya dipilih dan diajarkan mengacu kepada unit, masalah
atau tema. Contoh tema: Hidup di dalam masyarakat, diajarkan dalam mata
pelajaran-mata pelajaran IPS, IPA, dan sebagainya.
d. core yang terdiri dari sejumlah matapelajaran yang difusikan (dilebur)
e. core yang terdiri dari masalah luas yang dapat memberi memenuhi kebutuhan psikologis dan sosial, masalah dan minat siswa.
f.
core yang terdiri dari unit kerja atau unit kegiatan yang luas yang
direncanakan guru dan siswa bersama-sama sesuai dengan kebutuhan
kelompok. Dalam hal ini tidak ada struktur kurikulum yang mendasar.
Dan
contoh yang dikemukakan Alberty, ternyata nomor a s.d. c menunjukkan
kepada arti core dalam bentuk pendidikan umum. Sedangkan nomor d s.d. f
menggambarkan arti core yang mirip dengan kurikulum yang terintegrasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa core curriculum pada dasarnya
bukan semacatii organisasi kurikulum, melainkan suatu cara dalam
melaksanakan kurikulum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar