A. Pegertian perencanaan operasional
Perencanaan operasional umumnya merupakan turunan/terjemahan dari tujuan
umum perusahaan dalam rentang waktu tertentu (selama satu tahun
umpamanya) berikut rencana stragtegis yang sudah ditetapkan oleh
manajemen. Walau demikian perencanaan operasional dapat juga digunakan
oleh individu untuk keperluan pribadinya, bahkan dianjurkan agar
pekerjaannya terarah dan terorganisir dengan baik.
Perencanaan operasional adalah perencanaan yang memusatkan perhatiannya
pada operasi sekarang (jangka pendek) dan terutama berkenaan dengan
tujuan mencapai efisiensi.
Perencanaan operasional merupakan kebutuhan apa saja yang harus
dilakukan untuk mengimplementasikan perencanaan strategi untuk mencapai
tujuan strategi tersebut. Lingkup perencanaan ini lebih sempit
dibandingkan dengan perencanaan strategi.
Rencana operasional (Renop) sekolah merupakan rencana implementasi
Rencana stratejik sekolah dalam kurun waktu satu tahun. Renop sering
juga disebut Rencana tahunan. Renop berisi langkah-langkah operasional
yang akan ditempuh selama satu tahun oleh sekolah, unit-unit, dan atau
individu-individu staf dalam rangka mencapai tujuan operasional. Tujuan
operasional merupakan jabaran dan tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan
stratejik.
Rencana operasional disusun oleh unit-unit atau individu staf yang ada
dalam struktur organisasi sekolah dan mengacu pada program yang relevan
dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Contoh dari rencana
operasional antara lain: pengembangan kegiatan kurikuler, pengembangan
kegiatan kesiswaan, peningkatan kerjasama dengan masyarakat, dan
sebagainya. Rencana operasional berfungsi sebagai alat yang digunakan
oleh masing-masing unit penyusunnya sebagai: (1) penjamin bahwa program
pengembangan akan terealisasi dalam kegiatan operasional sekolah
sehari-hari, (2) pedoman pelaksanaan kegiatan semesteran, bulanan,
mingguan, dan harian, dan (3) justifikasi rinci penyusunan Rencana
Anggaran dan Belanja tahunan.
Perencanaan operasional yang khas :
1. Perencanaan produksi (Production Plans) : Perencanaan yang
berhubungan dengan metode dan teknologi yang dibutuhkan dalam pekerjaan.
2. Perencanaan keuangan (Financial Plans): Perencanaan yang berhubungan dengan dana yang dibutuhkan untuk aktivitas operasional
3. Perencanaan Fasilitas (Facilites Plans): Perencanaan yang berhubungan
dengan fasilitas&layout pekerjaan yang dibutuhkan untuk mendukung
tugas.
4. Perencanaan pemasaran (Marketing Plans): Berhubungan dengan keperluan penjualan dan distribusi barang/jasa.
5. perencanaan sumber daya manusia (Human Resource Plans): berhubungan
dengan rekruitmen, penyeleksian dan penempatan orang-orang dalam
berbagai pekerjaan.
Perencanaan strategi bertugas mendefinisikan tujuan ideal dan tujuan
yang bisa dilaksanakan. Sementara itu perencanaan operasional bertugas
menerjemahkan kedua macam tujuan tadi bersama kebijakannya kedalam
metode, prosedur, dan koordinasi agar tujuan-tujuan tadi dapat
direalisasi. Itulah sebabnya mengapa cunningham dalam pidarta mengatakan
perencanaan operasional doing things right, dalam perencanaan
operasional kita dituntut melakukan sesuatu dengan benar berbeda dengan
perencanaan strategi yang menuntut kita untuk melakukan hal yang benar.
Mengerjakan sesuatu dengan benar berkaitan dengan pelaksanaan, performan
yang ingin dicapai dan hasil. Perencanaan operasional hanya melakukan
perintah perencanaan strategi, ia hanya berusaha agar cita-cita dari
perencanaan strategi bisa tercapai.
B. Langkah-langkah perencanaan operasional
Menurut Morphet dalam Made pidarta (2005:101) prosedur yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan operasional:
1. Mengumpulkan informasi dan analisa data
2. Menyelesaikan perubahan dalam bentuk kebutuhan
3. Mengidentifikasi tujuan dan prioritas
4. Membentuk alternatif-alternatif penyelesaian
5. Mengimplementasi, menilai dan memodifikasi
Dalam melakukan perencanaan operasional maka diperlukan langkah-langkah
tertentu. Langkah-langkah tersebut merupakan prosedur yang harus diikuti
dalam setiap melakukan perencanaan, sebab tanpa prosedur tersebut maka
kurang sempurna perencanaan tersebut. Langkah-langkah itu adalah sebagai
berikut :
a. Langkah 1: Menetapkan tujuan. Sering sebuah organisasi mempunyai
banyak tujuan, maka harus memilih diantara banyak tujuan tersebut,
tujuan dapat dirumuskan sesuai dengan maksud misi dan sasaran yang
dikehendaki. Tentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki,
tujuan yang besar akan sukar dapat dicapai dengan sumber daya yang
sangat terbatas, maka harus menetapkan tujuan yang terbaik bagi
organisasi.
b. Langkah 2: Memahami atau merumuskan keadaan saat ini. Rencana adalah
menyangkut kegiatan dimasa yang akan datang, apa yang dapat dilakukan
dimasa yang akan datang sangat ditentukan pula keadaan atau posisi
organisasi pada saat ini. Oleh karena itu organisasi harus mengetahui,
memahami dan kemudian merumuskan posisinya saat ini. Untuk keperluan itu
diperlukan data dan informasi yang relevan dengan tujuan organisasi.
c. Langkah 3: Mengidentifikasikan Kemudahan dan Hambatan. Organisasi
harus melakukan identifikasi dan inventarisasi faktor-faktor kemudahan
dan hambatan dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan mengetahui
kemudahan-kemudahan, organisasi akan dapat memanfaat-kannya peluang
tersebut sebaik-baiknya. Sebaliknya dengan mengetahui kemungkinan
hambatan, maka organisasi sedini mungkin sudah mempersiapkan untuk
menanggulanginya atau mengantisipasinya yang akan dirumuskan dan
kemudian dirumuskan pada berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan.
Menurut Louis A. Allen perencanaan terdiri dari kegiatan-kegiatan :
a) Meramalkan, memperkirakan waktu yang akan datang.
b) Menetapkan maksud tujuan (objects) sebagai: hasil akhir yang diharapkan: menentukan tujuan atau sasaran (goals/target).
c) Mengarahkan (programming), menetapkan urutan dari kegiatan-kegiatan
yang diperlukan: langkah-langkah yang akan diambil menurut prioritas
pelaksananya.
d) Menyusun tata waktu (schedulling), menetapkan urutan waktu yang tepat agar tindakan yang dilakukan dapat berhasil baik.
e) Menyusun anggaran belanja (budgeting), yaitu mengalokasikan
sumber-sumber yang tersedia, dinyatakan dalam istilah-istilah keuangan.
f) Memperkembangkan prosedur-prosedur, membuat standar
C. Komponen-komponen rencana operasional
Komponen-komponen Renop sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Program
Pengembangan yang dirumuskan dalam dokumen Renstra. Perbedaan pokok
antara keduanya terletak pada kurun waktu kegiatan dan rincian dari
masing-masing komponen itu. Komponen-komponen Renop meliputi:
1. Latar Belakang dan Rasional adalah alasan atau argumentasi yang
mendasari kegiatan yang diusulkan. Beberapa hal yang perlu diuraikan
dalam bagian ini meliputi:
a. Penjelasan mengenai akar permasalahan yang telah berhasil
diidentifikasi pada telaah diri saat menyusun Renstra, yang akan
diselesaikan dengan melaksanakan Renop ini. Masalah tersebut harus
dijelaskan sedemikian rupa, sehingga tergambar permasalahan tersebut
secara utuh dan menyeluruh (termasuk cakupannya, berat/ringannya,
faktor-faktor yg berpengaruh pada permsalahan tersebut).
b. Kebijakan dan tujuan yang dirumuskan dalam Rencana Tindak dalam dokumen Renstra
c. Apabila Renop yang disusun untuk tahun kedua dan seterusnya dari
siklus implementasi Renstra, dalam latar belakang juga perlu
dikemukakan:
1) capaian-capaian tujuan jangka panjang yang telah diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya
2) Masalah dan kendala yang dihadapi yang belum terselesaikan pada tahun sebelumnya.
3) Praktik-praktik baik (good practices) yang diperoleh pada tahun
sebelumnya dan perlu dipertahankan pada Renop yang sedang disusun
d. Argumentasi (alasan) tentang mengapa uraian Renop yang akan
dilaksanakan adalah pilihan yang paling tepat untuk menyelesaikan akar
permasalahan tersebut diatas. Argumen/alasan tersebut dapat didasarkan
pada pembenahan faktor-faktor yang berpengaruh pada akar permasalahan
tersebut atau dapat berdasarkan teori ilmiah dan pengalaman dalam
menghadapi akar permasalahan tersebut.
2. Sasaran adalah hasil yang akan peroleh pada akhir kegiatan
operasional. Sasaran adalah penggambaran hal yang ingin diwujudkan
melalui tindakan-tindakan yang diambil sekolah guna mencapai tujuan
(target terukur). Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata
oleh sekolah atau unit yang ada di sekolah dalam rumusan yang lebih
spesifik, terukur, dalam kurun waktu satu tahun.
Dalam sasaran dirancang pula indikator sasaran, yaitu ukuran tingkat
keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun
bersangkutan. Setiap sasaran disertai target masing-masing. Sasaran
diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan secara
berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan. Rumusan sasaran
yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut.
a. Sasaran harus sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku setta sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah pusat, propinsi,
maupun kabupaten/kota.
b. Sasaran ditetapkan mengacu pada dan merupakan milestone pencapaian
visi, misi, tujuan sekolah, strategi, serta kebijakan dan tujuan yang
dituangkan dalam Renstra Sekolah.
c. Sasaran harus dapat dijabarkan ke dalam sejumlah indikator kinerja.
d. Sasaran harus mengacu pada masalah-masalah yang teridentifikasi dalam
telaah diri dan merupakan upaya yang dikembangkan untuk menjawab
isu-isu stratejik.
e. Sasaran harus merupakan tindak lanjut dari pengalaman atau permasalahan yang teridentifikasi pada tahun sebelumnya.
f. Spesifik, sasaran menggambarkan hasil spesifik yang diinginkan, dan bukan cara pencapaiannya.
g. Dapat dinilai dan terukur, sasaran harus terukur dan dapat digunakan untuk memastikan apa dan kapan pencapaiannya.
h. Menantang namun dapat dicapai, tetapi tidak boleh mengandung target yang tidak layak.
i. Berorientasi pada hasil, sasaran harus mensepesifikasikan hasil yang ingin dicapai.
3. Dapat dicapai dalam waktu tahun tertentu.
4. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan. Indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung
dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat
tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, tahap setelah
kegiatan selesai dan berfungsi, serta untuk meyakinkan bahwa kinerja
hari demi hari organisasi/unit kerja yang bersangkutan menunjukkan
kemajuan dalam rangka dan atau menuju tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Tanpa indikator kinerja sulit bagi kita untuk menilai
kinerja (keberhasilan atau ketidakberhasilan) sekolah atau unit kerja
yang ada di bawahnya. Secara umum indikator kinerja memiliki fungsi:
a. Memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan.
b. Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk
menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan program/kegiatan.
c. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja sekolah atau unit kerja yang ada di dalamnya.
Indikator kinerja yang baik hendaknya memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
a. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan kesalah¬an interpretasi
b. Dapat diukur secara obyektif baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
c. Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek-aspek obyektif yang relevan dengan sasaran yang ingin dicapai.
d. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukan
keberhasilan masukan, keluaran, hasil, manfaat, dampak, dan proses.
e. Harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahan.
f. Efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang bersangkutan dapat dikumpulkan dan dianalisis.
Terdapat enam jenis indikator kinerja yang sering digunakan dalam pengukuran kinerja sekolah, yaitu :
a. Indikator masukan (input): segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan pendidikan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran yang
diinginkan. Indikator ini dapat berupa kualitas siswa baru, kelekatan
persaingan dalam seleksi siswa baru, relevansi kurikulum dengan
kebutuhan dunia kerja, kualitas Renstra yang disusun sekolah, dan
sebagainya.
b. Indikator proses (process): merupakan gambaran mengenai perkembangan
atau aktivitas yang terjadi atau dilakukan dalam proses pendidikan di
sekolah. Contoh indikator ini antara lain, tingkat kehadiran siswa,
tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran, penerapan PAKEM dalam
pembelajaran, tingkat pemanfaatan laboratorium, jumlah siswa yang
berkunjung ke perpustakaan, dan sebagainya.
c. Indikator keluaran (output): sesuatu yang diharapkan langsung dicapai
dari kegiatan pendidikan. Indikator-indikator seperti peningkatan
rata-rata NUN, peningkatan peringkat rata-rata NUN di tingkat
kabupaten/kota, atau peningkatan jumlah siswa yang lulus UN, dapat
digolongkan sebagai indikator output.
d. Indikator dampak (outcome): segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
Inikator ini biasanya sulit dicapai dalam kurun waktu Renop (1 tahun),
akan tetapi harus sudah terukur setelah masa siklus Renstra (4-5 tahun)
selesai atau hampir selesai. Jumlah siswa yang diterima di jurusan
favorit di perguruan tinggi ternama, jumlah siswa yang langsung
mendapatkan pekerjaan setelah lulus, semakin pendeknya masa tunggu siswa
untuk mendapatkan pekerjaan pertama setelah mereka lulus, adalah
contoh-contoh indikator outcome.
e. Indikator akibat (impact): segala sesutu yang merupakan akibat dari
outcomes. Peningkatan popularitas sekolah akibat banyaknya siswa cepat
mendapatkan pekerjaan, meningkatnya jumlah siswa yang mendaftar sebagai
siswa baru akibat dari banyak nya siswa yang diterima di perguruan
tinggi unggulan, cepatnya promosi atau perkembangan karir lulusan di
dunia kerja merupakan contoh-contoh indikator akibat tersebut.
Untuk mengukur keberhasilan capaian Indikator Kinerja, maka dalam Renop
harus dicantumkan kondisi saat disusunnya Renop dan kondisi yang
diharapkan dicapai setelah kegiatan dilaksanakan. Kondisi saat
disusunnya Renop digunakan sebagai baseline. Selain itu, jika indikator
bersifat spesifik maka perlu dijelaskan bagaimana dan kapan indikator
itu akan diukur.
5. Rancangan Kegiatan dengan menentukan jenis dan tahap-tahap pekerjaan
yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan operasional selama satu
tahun. Pada setiap langkah (sub-kegiatan) harus dijelaskan, maksud dan
tujuannya yang ingin dicapai secara ringkas dan jelas. Rancangan
kegiatan yang efektif harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut.
a. Kegiatan tersebut bukan merupakan investasi atau pengadaan
sumberdaya. Namun harus berupa dampak dari investasi atau upaya
pemanfaatan investasi. Kegiatan dapat berlangsung terus-menerus
sementara investasi merupakan implikasi dan hanya merupakan tahap paling
awal dari sebuah kegiatan.
b. Kegiatan tersebut tidak kompleks, sehingga dapat dipahami dengan mudah dan dapat dilaksanakan dengan baik.
c. Kegiatan tersebut dapat diukur tingkat keberhasilannya. Untuk itu
perlu ditetapkan indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang dapat
diukur. Indikator keberhasilan kegiatan, umumnya berupa indikator
keluaran (output), namun dimungkinkan untuk mencantumkan indikator
keberhasilan dampak (impact/ outcomes).
d. Cakupan kegiatan tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit, karena
cakupan ini akan berkaitan dengan beban kerja seorang penanggung jawab.
Cakupan kegiatan yang terlalu luas akan meningkatkan beban kerja
penanggungjawab.
e. Keluaran (output) maupun dampak (impact/outcomes) kegiatan mempunyai
kontribusi yang cukup bermakna (significant) terhadap rencana
pengembangan sekolah secara keseluruhan.
f. Keterkaitan antar bagian kegiatan/sub-kegiatan harus terlihat dengan jelas.
g. Keberlangsung kegiatan tergambarkan dengan jelas
6. Sumber daya yang dicantumkan dalam Renop merupakan uraian rinci
mengenai jenis, kualifikasi, dan kuantitas sumber daya yang dibutuhkan
agar kegiatan/sub-kegiatan yang direncanakan dapat dilaksanakan dan
dijaga keberlangsungannya (sustainability). Sumber daya ini dapat
meliputi SDM, pra-sarana dan sarana pendidikan, buku-buku perpustakaan,
keahlian, informasi, teknologi, sistem manajemen, networking, bahan
habis pakai untuk kegiatan manajemen. Sumber daya dan dana yang
dibutuhkan antara lain:
a. jenis dan kualifikasi sumber daya manusia, sarana-prasarana, dan informasi yang dibutuhkan dalam implementasi kegiatan.
b. jumlah dan sumber dana yang dibutuhkan untuk pengadaan, peningkatan
kualitas, pemeliharaan, dan pengoperasian sumber daya yang dibutuhkan.
7. Jadwal Kegiatan mencakup kapan pekerjaan sesungguhnya dilaksanakan
dan batas waktu tugas harus diselesaikan. Sub kegiatan atau tahapan
kegiatan yang dicantumkan pada bagian ini, harus sama dengan sub
kegiatan atau tahapan kegiatan yang diuraikan pada bagian Rancangan
Kegiatan.
8. Penanggung Jawab Kegiatan adalah pejabat atau staf yang bertanggung jawab keterlaksanaan Renop.
D. Menspesifikasi tujuan perencanaan
Analisa bertahap menurut kaufman dalam Pidarta mencakup analisa misi, analisa fungsi dan analisa tugas.
1. Analisis misi
Analisis misi ialah yang dipikul oleh para perencana, sebagai usaha
meningkatkan mutu pendidikan mutu pendidikan SMA adalah berupa
peningkatan perkembangan para siswa secara total yang menekankan pada
aspek afeksi, kognisi¸dan keterampilan. Dalam hal ini bagian-bagian
misi/perkembangan total adalah afeksi, kognisi dan keterampilan. Inilah
yang disebut analisa misi.
Analisa misi ini digambarkan dengan bagan umum sebagai berikut :
……. …………… …………………. ………
(garis putus-putus adalah hubungan kerja sama).
2. Analisis fungsi
Bila fungsi-fungsi telah diperoleh dalam analisis misi, maka
masing-masing fungsi ini dianalisa lebih lanjut, agar menjadi lebih
spesifik. Pembagian menjadi kognisi tingkat tinggi dan rendah itu
dikatakan analisa tingkat satu, dan pembagian kognisi tingkat rendah
menjadi tiga kemampuan dinamai analisis tingkat kedua.
Contohnya Bentuk-bentuk layanan yang dapat memberikan kesejahteraan
kepada guru dan siswa ialah layanan bimbingan dan konseling kepada
masyarakat, layanan pendidikan keluarga, pemasangan listrik
dirumah-rumah oleh siswa sekolah teknik listrik, bengkel sepeda motor,
layanan hukum, dan konstruksi bangunan oleh para mahasiswa dan
sebagainya. Layanan dapat diberikan kepada warga sekolah/kampus dan
dapat pula diperluas ke luar ialah kepada warga masyarakat yang
membutuhkan.
Usaha patungan antar sekolah dengan masyarakat sebagai salah satu bentuk
swausaha sekolah dapat berwujud produksi untuk keperluan kebutuhan
sekolah seperti percetakan, pakaian seragam sekolah, fotocopy, hal ini
tentu memberi kesejahteraan para guru dan warga masyarakat.
Bagan umum analisa fungsi sebagai berikut:
analisa tertinggi
analisa tingkat satu
analisa tingkat dua
dst dst
3. Analisis tugas
Bagian fungsi paling kecil atau tugas ialah kemampuan mengetahui,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
Begitu pula contoh tugas dalam fungsi swausaha sekolah adalah usaha
kelas, latihan keterampilan proses, koperasi, produksi, keperluan
sekolah, dan pertunjukan kesenian keliling.
Bagian-bagian fungsi yang paling kecil tersebut diatas dalam sistem
disebut komponen. Komponen-komponen inilah yang merupakan tugas-tugas
nyata yang spesifik bagi para perencana untuk mereka kerjakan agar dapat
merealisasi tujuan-tujuan-tujuan yang sudah spesifik pula. Kalau para
perencana sudah berhasil mengerjakan komponen-komponen/tugas-tugas ini
dengan sukses sehingga memberikan hasil seperti yang diharapkan, maka
berarti tugas perencanaan sudah selesai dan misi yang dipikulnya sudah
berhasil dengan gemilang.
Kalau para perencana sudah berhasil mengerjakan komponen-komponen/tugas
ini dengan sukses sehingga memberikan hasil seperti yang diharapkan,
maka berarti tugas perencana sudah selesai dan misi yang dipikulnya
sudah berhasil dengan gemilang.
Pendekatan Sistem
Perencanaan memandang tujuan perencanaan atau misi atau program strategi
sebagai suatu sistem. Dan sistem itu dianalisis menjadi sub sistem,
kemudian diuraikan lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga
menemukan bagian yang paling kecil yang disebut komponen.
Dalam analisis tersebut diatas, fungsi adalah merupakan sub sistem dari
misi sebagai sistem. Hasil analisis satu pada fungsi tertentu adalah
sub-sub sistem, sedangkan pada fungsi yang lain mungkin sudah melahirkan
komponen karena tidak dapat dibagi-bagi lagi.
E. Menentukan standar performan
Dalam perencanaan pendidikan objek yang diperbaiki, dilengkapi, atau
diubah adalah semua unsur pendidikan. Jadi bukan hanya sisa yang
ditangani, melainkan juga para personalia pedidikan, mencakup sarana
prasarana juga, serta masyarakat sekitar yang memberi pengaruh terhadap
lingkungan pendidikan.
Standar performan adalah suatu ukuran atau kriteria yang tepat yang
diterima oleh umum untuk tujuan perencanaan yang spesifik, sehingga atas
dasar kriteria itu para pelaksanaan program/tugas dapat mewujudkan
tujuan itu secara tepat pula sesuai dengan kreteria. Contoh standar
performan lingkungan belajar ialah iklim organisasi pendidikan yang
hangat, komunikasi yang harmonis, kerja sama yang erat/gotong royong,
kaya dengan sumber belajar, dan pembimbingan yang penuh dengan kasih
sayang.
Cunningham menyatakan disamping memasukkan ukuran (performan standar
sebagai target yang diharapkan) juga menyebutkan persyaratan lainnya
yang dirlukan oleh setiap tugas agar dapat dikerjakan dengan baik.
Syarat tersebut antara lain:
1. Siapa/apa objek tugas tersebut
2. Bentuk kegiatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas itu
3. Ukuran/kriteria/standar performan
4. Kapan dan dimana masing-masing tugas dikerjakan
5. Keahlian apa yang dibutuhkan oleh orang-orang yang akan mengerjakan tugas itu.
Sedangkan pihak-pihak yang dapat terlibat dalam proses evaluasi
pelaksanaan perencanaan pendidikan di setiap satuan pendidikan adalah:
Kepala sekolah, Guru, Siswa, Komite Sekolah, Pengawas sekolah dan Dinas
pendidikan (Vembrianto. 1982; Soenarya, E. 2000; Depdiknas, 2001, 2006
dalam Arifin, 2010).
F. Analisis alat dan metode
Analisis alat dan metode adalah tugas mencari jalan untuk mengerjakan
setiap tugas agar menghasilkan tujuan-tujuan spesifik yang telah
digariskan bersama atau dengan kata lain apa yang mungkin dapat dipakai
menyelesaikan tugas tersebut setelah komponen-komponen atau tugas
dikemukakan. Untuk mencapai maksud tersebut dibutuhkan informasi tentang
sumber-sumber pendidikan dan kemudian membentuk alternatif-alternatif
pemecahan.
1. Sumber-sumber pendidikan
Sumber-sumber pendidikan itu sebagian besar dapat diambil melalui studi
dokumentasi, sebab sumber-sumber itu sebagian besar tercatat dalam
arsip. Jumlah para pengajar dengan keahliannya masing-masing, banyaknya
alat peraga, besarnya uang yang tersedia dan sebagainya semua tercatat
dalam dokumentasi. Namun demikian masih banyak pengetahuan-pengetahuan
lain yang diperlukan dalam perencanaan yang tidak dapat diambil melalui
studi dokumentasi. Lingkungan belajar misalnya hanya bisa diketahui
melalui observasi. Begitu pula pada personalia pendidikan untuk
mengerjakan pekerjaan tambahan diluar rutin yang dibutuhkan dalam
perencanaan hanya dapat diperoleh melalui interview. Mungkin data ini
dapat diperoleh melalui angket, tetapi kurang efektif.
2. Analisis alat dan metode yang tunggal
Dalam menentukan alat dan metode ini untuk setiap tugas perlu
diperhatikan syarat-syarat yang sudah ditentukan yaitu apa/siapa objek
yang ditangani, kapan dan dimana dilaksanakan, keahlian apa yang
dibutuhkan oleh pelaksana. Tugas melaksanakan latihan keterampilan
membuat wayang kulit misalnya, obyeknya ialah siswa yang melaksanakan
latihan membuat wayang kulit yang baik sehingga laku dijual. Bentuk
kegiatannya berlatih dan melatih secara berulang-ulang dalam segala
aspek pekerjaan membuat wayang, mulai dari menggambar , mengukir,
mewarnai, sampai mengisi tangkainya. Standar performanya ialah dapat
membuat wayang minimum 10 jenis dalam bentuknya yang tepat dan artistik.
Dengan membuat perencanaan strategi lengkap dengan manajemen personalia
atau manajemen manusia, diharapkan kemungkinan-kemungkinan negatif di
atas dapat diminimalkan. Namun demikian kemungkinan seperti ini masih
tetap ada, sehingga perencanaan pendidikan dikaitkan dengan penelitian
tindakan (action research). Supaya program/tujuan pendidikan tertentu
dapat dilaksanakan.
3. Analisis alat dan metode yang paralel
Sesudah analisis misi menghasilkan fungsi-fungsi, maka setiap fungsi
juga dicarikan alat dan metodenya yang cocok. Sama halnya dengan pada
misi, bila ada fungsi yang sukar dicari pemecahannya, berkonsultasi bila
diperlukan, atau belajar dari ahli tertentu. Ssesudah jelas tentang
cara mengatasi kesulitan itu barulah analisis diteruskan. Perlu
diketahui bahwa uraian/deskripsi atau isi alat dan metode pada setiap
fungsi sudah lebih mendetail dari pada isi alat dan metode pada misi.
Ini berarti setiap hasil tingkat analisis alat dan metode selalu
dicocokkan dengan obyek yang ditangani, termasuk pada setiap tugas yang
dikerjakan.
4. Pembentukan alternatif-alternatif pemecahan tugas
Banyak alternatif untuk setiap tugas tidak selalu sama. Ada tugas yang
memakai alternatif pemecahan empat, ada yang tiga, dan ada pula yang
kedua. Yang perlu dihindarkan adalah jangan membuat alternatif terlalu
banyak untuk memecahkan suatu tugas. Pembuatan alternatif yang banyak
ini cenderung keluar dari hasil berpikir yang tidak cermat. Begitu pula
hindari membuat alat dan metode pemecahan hanya satu sebagai cara yang
tunggal. Pada umumnya setiap tugas dibuatkan alternatif pemecahannya
sebanyak tiga buah.
Informasi yang diperlukan pada setiap penentuan alat dan metode
(alternatif) ialah : 1. Efektivitas, 2. Keuntungan, 3. Kelemahan, 4.
Persyaratan waktu, 5. Sumber pendidikan yang tersedia, 6. Sumber
pendidikan yang dibutuhkan, 7. Persyaratan personalia, 8. Fasilitas yang
diperlukan, dan 9. Biaya.
G. Implementasi
Implementasi artinya suatu usaha untuk mencoba konsep tersebut. Sebelum
melakukan implementasi perlu mengadakan persiapan terlebih dahulu.
Persiapan itu dikenal dengan action planning, yang menyiapkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Menentukan kunci konsep implementasi seperti objek, metode, alat, pelaksana, dan sebagainya
2. Mengantisipasi kemungkinan hal-hal yang bersifat negatif atau positif akan terjadi
3. Memprediksi hasil dan efek bagi semua pihak
4. Mempertimbangkan kemungkinan perubahan-perubahan biaya dan waktu
5. Menyiapkan tahap-tahap kegiatan pada setiap tugas (job description)
6. Menyiapkan perbekalan
7. Menyiapkan transportasi dan sebagainya
Implementasi perencanaan operasional mengharuskan organisasi untuk
menetapkan tujuan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan
mengalokasikan sumber daya sehingga perencanaan operasional dapat
berjalan dengan baik.
Suatu perencanaan baru dipandang selesai kalau ia sudah dapat
merealisasi tujuan atau misi yang dicerminkan oleh perwujudan performan
yang standar oleh setiap tugas. Performan yang standar ini bisa tampak
terwujud kalau implementasi sudah memberikan hasil seperti itu. Ini
berarti perencanaan baru dikatakan berakhir ialah kalau implemenatasi
sudah selesai, satu kali atau beberapa kali, dengan konsep yang tidak
perlu direvisi lagi.
BAB III
KESIMPULAN
Perencanaan operasional adalah perencanaan yang memusatkan perhatiannya
pada operasi sekarang (jangka pendek) dan terutama berkenaan dengan
tujuan mencapai efisiensi.
Menurut Morphet dalam Made pidarta (2005:101) prosedur yang harus
diperhatikan dalam membuat perencanaan operasional: Mengumpulkan
informasi dan analisa data, Menyelesaikan perubahan dalam bentuk
kebutuhan, Mengidentifikasi tujuan dan prioritas, Membentuk
alternatif-alternatif penyelesaian dan Mengimplementasi, menilai dan
memodifikasi.
Untuk menspesifikasi tujuan perencanaan digunakan analisa misi, fungsi
dan tugas. Implementasi dari perencanaan operasional dapat dikatakan
berhasil apabila mampu merealisasi tujuan atau misi yang dicerminkan
oleh perwujudan performan yang standar oleh setiap tugas. Performan yang
standar ini bisa tampak terwujud kalau implementasi sudah memberikan
hasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar